Postingan

Menampilkan postingan dari 2014

[Puisi] Jangan Menangis, Pertiwi

Bumi pertiwi menangis lagi setelah sekian lama terlelap Dalam tidur panjang nan damai Ia terbangun Terusik gemuruh pesta pora di sana Oleh manusia penuh dosa Yang tak pernah menyadarinya Bumi Pertiwi menangis lagi Abu menyelimuti daratan Indonesia Tua, muda, bayi, lansia Tak pandang usia Kaya, miskin, gelandangan, bangsawan Tak peduli kasta Berlari mencari keselamatan Bumi pertiwi menangis lagi Lahar berlari berkejaran menuju muara Bersama air menyusuri kelokan - kelokan sungai Menghanyutkan duka dan air mata Merenggutkan sejuta jiwa Harapan penerus bangsa ikut luruh di dalamnya Bumi pertiwi menangis lagi Awan panas membumbung tinggi Bergulung membawa isi perut bumi Siap menukik dengan keji Bumi pertiwi menangis lagi Apa kau tak bosan mendengarnya? Teriakan parau dari pengungsian Tangisan bayi tak berdosa Nelangsa... Nestapa... Bumi pertiwi menangis lagi Lihatlah alam ini luluh lantak Harta pusakanya tak terlantan Tuhan menumpahkan murkanya Aku t...

[PUISI] Sekadar Pengingat, Kawan

Sekadar Pengingat, Kawan Oleh: A'yuni Fatkhi Fajriyati Ini bukan sajak palsu Atau karya dari kumpulan yang terbuang Bukan juga dari seorang guru kepada murid-muridnya Ini sekadar pengingat, kawan Dewasa ini Bumi telah renta mengemban dosa di atasnya Alam seakan bisu namun durja ia pendam Hingga tiba masa Sedetik dunia menderita Rata seketika terbalut duka Sejuta jiwa kehilangan sanak saudara Pejabat-melarat tak ada rupa Dari balik reruntuhan Mereka merintih "Apakah ini kiamat?" Tidak. belum saatnya Bukan karena neraka sedang direnovasi Agar menampung lebih banyak makhluk hina Atau Malaikat Isrofil lupa meniup sangkakala, katanya Tetapi Tuhan masih sayang kita Cobalah sedikit kita meneroka Sadari carut marut tempat tinggal ini Betapa rendah diri ini Yang bangga dengan dosa-dosa Mungkin Tuhan mulai bosan Melihat tingkah kita Dengan segala keangkuhan Tak mau berbagi ruang dengan alam Tak ada yang bisa disalahkan Bukan aku bukan juga kau...

[Puisi] Cinta Dalam Hati

Cinta Dalam Hati Oleh: Aýuni Fatkhi Fajriyati Aku lelah Aku letih Aku tak mampu lagi Menunggu salju di khatulistiwa Hanya mampu menunggu dan merindu Sakura yang gugur mulai  kering Butiran pilu terkunci di sudut mata Rindu ini tak bertepi Tidakkah kau sadari? Ini juga salahku Lidahku membatu Rangka tubuhku lumpuh Tak mampu menjemput rindu Dalam bola matanya Terlintas harapan untuk bersama Namun sayang Sekali lagi, aku tak mampu menarik cahaya itu kini indahnya pelangi berganti pedih Kau terikat tali kasih Menghujam kalbu dengan sekelibat duka Biar, biarlah Biarkan hati ini mengemban luka Asalkan senyum itu tetap terpatri 2013

Kesalahan logika lagu anak-anak

Kesalahan logika lagu anak-anak Tulisan ini gue buat sepulang sekolah waktu gue lagi nyanyi lagu anak-anak “Pada Hari minggu” yang kemudian dikomen sama nyokap gue. Setelah itu, gue jadi inget. Gue pernah baca artikel di internet tentang kesalahan lagu anak-anak. Well. Kalau dipikir-pikir memang beberapa lagu anak-anak sedikit ranju dan absurd. So, this is it! 1.     Pada Hari Minggu “Pada hari Minggu kuturut ayah ke kota, naik delman istimewa kududuk di muka, ku duduk samping pak kusir yang sedang bekerja, mengendarai kuda supaya baik jalannya” Lagu ini mengajarkan anak-anak untuk berlaku tidak sopan kepada pak kusir. Masa iya naik delman duduknya di muka? Duduknya di joklah. Kalau duduk di muka gimana cara pak kusir lihat jalan? And, dalam lirik “ mengendarai kuda supaya baik jalannya ”. Oh gitu ya, jadi jalannya bisa jadi baik gitu kalau habis dilewati delman? Jalan berlubang gitu bisa jadi aspal yang mulus gitu? Ok, itu masih menjadi sebuah misteri. 2. A...